Tentang Kami
Sistem Pendidikan Nasional kita masih konservatif. Antara dasar filosofis ‘mencerdaskan’ kehidupan bangsa dengan tindakan praksis pendidikan seolah tidak memiliki keterkaitan erat. Praktik pendidikan kita sangat dipengaruhi oleh konsep pendidikan HindiaBelandayang didasarkan pada arah etis (etische koers) yang terjadi pada awal abad ke-20. Ciri pendidikan tersebut ialah berorientasi kerja, menghambat perkembangan daya kreatif dan daya kritis, serta diskriminatif. Perkembangan selanjutnya lembaga pendidikan kita tidak mensenyawakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya bidang kependidikan, dengan praktik pembelajaran.
Dalam sistem pembangunanOrdeBaru, lembaga pendidikan menjadi unit pemerintahan dalam struktur kontrol sosial untuk menjamin perwujudan tertinggi konsep tentang kebaikan umum. Sekolah-sekolah dan guru diarahkan menjadi pendukung dan pelaksana operasional dari filosofi moral, sebuah penalaran ideologis bagi penggunaan kekuasaan untuk menjamin kemapanan dan kelangsungan hidup perilaku “moral Pancasila.” Sistem inilah yang diidentifikasi sebagai perampas kemerdekaan dan kebebasan, yang memperkosa hak asasi manusia dan memangkas kreatifitas dan daya kritis warga belajar.
Pendidikan pada umumnya dipahami sebagai kegiatan mulia yang mengandung kebajikan, maka guru dimahkotai mitos pahlawan tanpa tanda jasa. Tetapi dalam ideologi pembangunanOrdeBaruyang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi, pendidikan hanyalah satu unit dari subsistem sosial budaya, telah menjatuhkan martabat guru lebih rendah dari kedudukan militer, penguasa, dan birokrat.Gurulalukehilangan martabat profesionalnya dan menjadi golongan pekerja berpenghasilan rendah. Semua ini mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas pembelajaran di kelas.
Praktik kelas terisolir dari gagasan revolusioner pembelajaran dan dari perkembangan ilmu dan teknologi. Pendidikan guru tidak beranjak dari pendapat lapuk, bahwa makin tinggi sekolah semakin komplikated proses belajar, dan makin rendah sekolah semakin sederhana proses pembelajarannya.MakaSekolahDasarmemerlukan hanya guru berpendidikan rendah, dan semakin tinggi sekolah tuntutan kompetensi guru semakin tinggi pula. Namun pandangan ini tidak sesuai dengan kenyataan dan teori pengetahuan. Psikologi perkembangan menunjukkan bahwa sekolah rendah lebih rumit dan menjadi dasar yang menentukan bagi pendidikan berikutnya. Oleh sebab itu ia memerlukan kompetensi dan tanggung jawab lebih tinggi, atau sekurang-kurangnya sama tingkat profesionalismenya.
Pada era Reformasi, dunia pendidikan mengalami iklim kebebasan pula bersama pers dan politik. Tetapi sejauh ini perubahan dalam dunia pendidikan masih sebatas administratif dan manajerial belaka, belum menyentuh aspek fundamental dan strategis. Perubahan, perombakan, atau pembaruan pendidikan perlu dilakukan sebagai salah satu aspek dari reformasi menyeluruh. Reformasi pendidikan adalah perombakan terencana terhadap pembatasan dan pengekangan terlembaga demi memperbesar kebebasan individual warga belajar, agar tersedia ruang atau kesempatan pengembangan potensi-potensinya secara optimal.
Dibawah payung pemikiran di atas, Paramadina Institute for Education Reform (PIER)
VISI
- Menjadi lembaga kredibel yang memelopori, mengkaji, dan memperjuangkan ide-ide pembaruan pendidikan yang mencerdaskan dan memerdekakan.
MISI
- Mengkritisi berbagai kebijakan dan praktik pendidikan yang ada.
- Mengkaji berbagai ide pembaruan dan merumuskan upaya-upaya pembaruan.
- Melakukan advokasi & upaya pembaruan pendidikan Sekolah untuk semua
- Melayani konsultasi pendidikan bagi pihak-pihak yang berkepentingan